Senin, 17 Juli 2017


Lakukan karena Dirimu
            Usia remaja telah disepakati oleh kebanyakan adalah usia penuh gejolak maupun gairah, penuh letupan dan bersifat fluktiatif, secara psikologis masa pubertas atau dikata awal keremajaan merupakan waktui dimana seorang manusia mengalami gejolak mengenai mindset, keadaan batin maupun laku, kesemuanya itu diakibatkan oleh perubahan biologis bentuk  hormone dan bentuk tubuh tentunya dari kanak-kanak menjadi remaja seutuhnya. Sifat imitatif,plagiat atau meniru adalah salah satu tahap seorang anak manusia menuju kedewasaan. Nah.. sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada kanak-kanak karena ibarat sebuah hard disk kosong anak-anak itu bebas termasuki file berbentuk pembicaraan, tingkah laku dll. Jika telah dewasa diharapkan bisa mengutip, bukannya malah tetap nyaman pada sifat-sifat tadi, meski seharusnya remaja sanggup menghasilkan karya sendiri . terlepas dari  itu sedewasa-dewasanya manusia, walaupun dia sanggup mencipta sendiri sebuah  atau banyak masterpiece, tetap fitrah Tuhan berkehandak tidak ada manusia didunia ini yang mengerti atau ahli dalam segala hal.
            Sebuah maqolah demimkian: Ilmu Tuhan itu di ibaratkan jika air seluruh air laut jadi tinta, dan seluruh pohon dimuka bumi jadi pena, niscaya tidak akan cukup menuliskan ilmu Tuhan. Salah seorang guru pernah berkata, “kalian semua apapun yg kalian lakukan terserah asal satu, jangan pernah berhenti belajar” sangat salah ketika anggapan bahwa belajar itu ya dibelakang meja di sekolah atau di perguruan tinggi. Belajar itu bebas boleh dimanapun tempatnya, dan lagi… tidak sedikit yang bilang belajar itu khusus untuk anak-anak sampai menjadi dewesa atau tua, lebih gampangnya lulus sarjana lah.. hehe e setelah menjadi sarjana bukan waktunya belajar katanya waktunya kerja. Haha a a
            Setiap kegiatan dari tidak mengerti menuju mengerti , dari kurang faham menjadi faham  dst dst.. itulah belajar. Lakukan semuanya dengan ikhlas dan konsisten dari  dirimu jangan ikut-ikutan. Karena semua yang dilakukan atau diekspresikan jika berasal dari diri semuanya melatih tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang diambil. Menata mental, manage ketakutan, menjadikan pribadi yang berani secara matang. Terus belajar, teruslah belajar dan belajar terus…
                                                                           16 Ramadhan 1438 H(aula PP. Raudhatut Thalibin)

Disebut Hari kemenangan
       Ummat islam di seluruh plosok negeri di bagian bumi manapun merayakan dan mengalami kemenangan. Tepatnya 1 syawal hari kemenangan itu tiba, semua muslim pasti merayakannya tapi tidak semua benar-benar mengalami kemenangan itu, bedakan antara mengalami ‘merayakan kemenangan’ dengan mengalami ‘kemenangan’. merayakan kemenangan itu bisa ditempuh dengan tanpa berjuang sebelumnya, tapi mengalami kemenangan adalah merasakan berjuang dan akhirnya ‘merayakan kemenangan’ sekaligus juga ‘mengalami kemenangan’. Mengapa sebenarnya Tuhan menamai 1 syawal sebagai hari kemenangan? sebelum datangnya hari itu ummat muslim diberi tugas ‘berpuasa’ dengan menahan lapar dahaga “dhohiron wa batinan” sebulan penuh di bulan Ramadhan bagi yang mampu, disamping puasa merupakan salah satu rukun islam yang artinya secara prosedural seseorang dikatakan muslim maka dia wajib berpuasa kecuali yang ‘tidak mampu’. puasa yang dilakukan pada bulan Ramadhan merupakan salah satu manifestasi ibadah ummat islam pada Tuhan, banyak ibadah puasa yang dicontohkan Rasul dan banyak pula bulan-bulan mulia yang di sampaikan olehNya, tapi Ramadhan ditampilkan Tuhan paling beda dan ter spesial yang di bulan lain semua ibadah-ibadah diberi petunjuk gamblang akan hasil yang didapat atau biasa disebut pahala jika melaksanakan ibadah tersebut, puasa dibulan Ramadhan murni Tuhan yang menilai, Dia-lah yang menakar pahalanya langsung. Mungkin karena ibadah puasa merupakan hal tersulit di kancah per ibadahan yang lain sehingga Tuhan sendiri yang turun tangan mbiji kualitas puasa pada muslim yang mampu menjalankannya, dan sampai-sampai Tuhan juga mengumumkan kemenangan jika hambanya berpuasa dengan sungguh-sungguh, yaitu disebutlah hari kemenangan 1 Syawal atau Hari Raya ‘Idul Fitri. Bagaimana tidak menang, pada hari itu Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa hambanya. Tapi ada yang perlu sekali diperhatikan, meski Tuhan telah menjanjikan amnesti dosa-dosa hambanya, tetap lah menjadi hamba tahu diri yang tetap mengharap dan memohon pada Allah dengan do’a yang berbunyi “Ja’alanallahu wa iyyakum minal a’iddin wal faidzin” kurang lebih artinya Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (fitrah) dan menang (dari perjuangan puasa), amin..
       Idealnya seorang hamba memaknai hari kemenangan adalah dengan muhasabah diri, sejatinya kita mengalami kemenangan atau hanya sebatas merayakan kemenangan? jika benar kita bertanya pada diri dengan segala objektifitas yang ada, maka pastilah ekspresi nyinyir pada dhohir dan bathin yang menjadi reflek dari kegiatan bertanya atau berdialog tadi. Tuhan ampuni aku, aku mengakui bahwa sedalam-dalamnya aku adalah tak berdaya. Amin

                                                                                                                                2 Syawal 1438 H/26 Juni 2017 (Senin)